Jaga Cadangan Beras Nasional, Badan Pangan Nasional dan BRIN Gandeng Sang Hyang Seri

WhatsApp
Facebook
Telegram
LinkedIn
X

Dalam rangka menjaga pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara berkelanjutan, PT Sang Hyang Seri (SHS) bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam budidaya pertanian berbasis bibit unggul.

Direktur Utama SHS, Adhi Cahyono Nugroho mengatakan, ini merupakan peluang bagi SHS untuk semakin berkembang ke depan dalam menjaga ketersediaan pangan.

“Ini merupakan momentum untuk SHS berkembang ke depan.”

“Bertumbuh menjadi BUMN Pangan di sektor hulu yang siap menunjang untuk ketersediaan pangan,” kata Adhi.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menyebut kerja sama lintas sektor tersebut bertujuan untuk mewujudkan pola pertanian yang efisien, presisi, serta bernilai tambah melalui produktivitas padi yang tinggi.

“Kerja sama ini ditandai dengan penanaman perdana tanaman padi bibit unggul di Demonstration Area (Dem Area) yang berlokasi di lahan PT Sang Hyang Seri (SHS) Sukamandi, Subang,” ujarnya.

Arief menjelaskan bahwa area demonstrasi ini disiapkan sebagai proyek percontohan sebelum dilakukan replikasi budidaya secara lebih luas dan massal.

Demonstrasi dilakukan di lahan pertanian seluas sekitar 47,25 hektar yang terbagi menjadi 3 blok dengan target produktivitas rata-rata minimal 8 ton per hektar.

“Masing-masing blok akan menerapkan teknologi dan varietas yang berbeda,” tutur Arief.

“Tujuannya untuk melihat pola budidaya mana yang hasilnya paling baik sehingga dapat diterapkan secara massal untuk mendukung pasokan CBP ke Perum BULOG,” sambungnya.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa blok pertama menggunakan teknologi yang direkomendasikan oleh BRIN dengan varietas Inpari 48 dan Mantab, yang memiliki produktivitas di atas 7 ton per hektar.

Blok kedua menggunakan varietas Inpari 48, Mantab, dan MSP 65 dengan teknologi yang direkomendasikan oleh PT Teknologi Biota, yang mengandalkan pengelolaan secara organik dengan target produktivitas di atas 7 ton per hektar.